Demo kami jangan ke Jokowi, Demo ke Tempat Saya, Jangan ke istana

    Demo kami jangan ke Jokowi, Demo ke Tempat Saya, Jangan ke istana

    PANGANDARAN - Tidak ada satu orang-pun dari pemilik wacana yang berteriak lantang dan pasang badan " Demo kami jangan ke Jokowi, demo ketempat saya jangan ke istana". Kenapa semua tiba-tiba menjadi diam, seolah - olah membiarkan semua dampak dari ide dan wacana yang mereka lemparkan ditanggung akibatnya sendirian oleh Jokowi.

    Kalau kita tanya, kenapa yang didemo itu Jokowi, maka kita akan masuk pada ruang perdebatan yang tidak jauh dari asumsi yang semua pernyataan para Mentri dan ketua umum partai tersebut seolah-olah berasal dari keinginan Jokowi.

    Para insan terpelajar dan intelektual itu tidak lagi mengkaji apa yang dikatakan, tapi hanya menganalisa parasaan, mendiskusikan keinginan dalam hati bukan pernyataan yang disampaikan jokowi.

    Wacana perpanjangan maupun tiga periode tersebut banyak orang menjadi gelisah lalu hanya sibuk menganalisa kemungkinan perasaan dan keinginan Jokowi...ya, karena menganalisa perasaan tidak punya alat ukur, maka sebahagian mahasiswa konon berencana demo besar-besaran ke istana tanggal 11 April 2022 nanti.

    Nah, kalau situasi sudah seperti ini, kemana para Mentri dan ketua partai yang melemparkan wacana itu.

    Kenapa semua tiba-tiba menjadi diam, seolah - olah membiarkan semua dampak dari ide dan wacana yang mereka lemparkan ditanggung akibatnya sendirian oleh Jokowi.

    Tidak ada satupun dari pemilik wacana yang berteriak lantang dan pasang badan " Demo kami jangan ke Jokowi, demo ketempat saya jangan ke istana.

    Cerita belum berakhir, di sosial media baik di  whatAps maupun di Tiktok, telap muncul beragam narasi yang berkembang tidak lagi soal wacana dan 3 periode belaka. Sekarang bahkan ada poster atas nama mahasiswa yang isinya minta Jokowi mundur dari jabatan presiden

    Untunglah mahasiswa segera membantah bahwa tuntutan Jokowi mundur bukanlah tuntutan mahasiswa, dan itu Hoak belaka.

    Nah lho, lalu tuntutan Jokowi mundur itu tuntutan siapa, lalu yang membuat poster itu siapa dong.

    Di pemerintahan ada yang lempar wacana, lalu sembunyi, di rencana demo mahasiswa-pun ada yang lempar poster, lalu sembunyi. 

    Ternyata pepatah lemparbatu sembunyi tangan tidak cuma terjadi di lingkaran kekuasaan, tapi terjadi juga dalam aksi dijalanan. 

    Mau dimanapun itu, istana maupun jalanan, sepertinya "para pelempar batu sembunyi tangan" itu selalu ada walau dilakukan oleh orang yang berbeda namun berangkat dari motif yang sama yaitu duduk dilingkarkan kekuasaan.

    Ada yang ingin melanggengkan kekuasaan melalui perpanjangan masa jabatan dan ada juga yang melalui penggulingan kekuasaan.

    Kalau berangkat dari lempar batu sembunyi tangan, maka saat ini tidak presiden juga tidak mahasiswa, jangan-jangan sama-sama sedang jadi korban klaim.

    Kalau benar begitu, mungkin ada baiknya presiden dengan mahasiswa duduk ngopi bareng di tepian danau Lebak wangi sambil bakar ikan dan main gitar dibawah rembulan.

    Kopi mungkin tidak menjanjikan apa-apa, tapi semoga bisa membuat kita duduk bersama, gitar juga tidak bisa menyelesaikan masalah "tapi setidaknya bisa membuat kita bernyanyi bersama tentang cinta kita pada Indonesia". ***(Oleh A.N)

    Pangandaran jawa barat
    Anton atong sugandhi

    Anton atong sugandhi

    Artikel Sebelumnya

    Kenapa Harus Jokowi yang Didemo 'Dasar Syirik'

    Artikel Berikutnya

    Pemkab Pangandaran Buka Jadwal Kegiatan...

    Berita terkait